Ayam Geprek Bu Rum memiliki beberapa cabang yang tersebar di Jogja, salah satunya berlokasi di Ayam Geprek Bu Rum 1 berlokasi di jalan Wulung Lor Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Jogja. Ayam Geprek Bu Rum yang berlokasi di Papringan ini adalah yang pertama ada dan telah berjualan sejak tahun 2003.
Warung tenda yang buka mulai pukul 08.00 hingga 21.00 WIB ini menurutku mempunyai sistem semi self service. Pengunjung diperkenankan untuk mengambil sendiri nasi dan memilih lauk untuk di geprek. Kalau aku memiliki cara tersendiri untuk makan di Ayam Geprek Bu Rum ini.
Aku akan mengambil dua buah piring rotan yang aku alasi dengan kertas makan. Satu piring akan aku isi dengan dada ayam crispy yang paling besar yang bisa aku temukan diantara ayam-ayam crispy lainnya.
Terkadang aku juga menambahkan tahu atau tempe sebagai pelengkap. Piring lainya akan aku isi dengan nasi yang cukup banyak dan tak lupa beberapa sendok sayur.
Berikutnya piring yang berisikan dada ayam aku serahkan kepada orang yang bertugas menggeprek dan jangan lupa pula untuk menyebutkan jumlah cabai yang diinginkan.
Di sini kalian bisa menyesuaikan berapa jumlah cabai yang akan digeprek sesuai kemampuan. Iseng saya bertanya kepada Mas Arif yang siang itu bertugas menggeprek ayam saya.
“Mas berapa kg cabai yang digunakan dalam sehari?” tanya saya.
“Wah mbak bisa sampai 10 kg cabe mbak dalam sehari” jawabnya di sela menggeprek ayamku.
Aku mengambil ayamku yang telah selesai di geprek dan kemudian duduk di salah satu bangku panjang yang menghadap ke jalan. Sendokan pertama adalah penentu kenikmatan selanjutnya. Aku menyendok potongan ayam terbesar dari piring dan kutambahkan nasi serta sayur.
Pedas mengigit langsung terasa di lidah. Seporsi ayam geprek dengan nasi dan sayur dihargai Rp 11.000 saja. Cukup ramah kantong apalagi untuk mahasiswa yang bisa mengambil nasi cukup banyak.
Sebelum pulang aku kembali iseng bertanya pada Mas Arif. “Mas, pernah ngulek berapa cabai paling banyak nih?” tanyaku.
“Wah mbak, kalo saya paling banyak 100 cabai. Kalau ibu itu pernah sampai 300 cabai sekali ulek satu ayam, mbak” jawabnya sambil menunjuk seorang ibu yang sedang duduk di ujung tenda.
Aku hanya bisa geleng-geleng saja dan bergidik membayangkan memakan 300 cabai.
Ayam Geprek Bu Rum ini jadi mengingatkanku dengan prinsip ala mahasiswa bahwa makan itu tidak harus di restaurant mewah, warung tenda sederhana saja sudah bisa mengeyangkan perut.
Apalagi ditambah ulekan cabai, menu sederhana seperti ayam tepung crispy bisa terlihat mewah bagi kami tentunya.
Bagaimana berniat untuk mencoba Ayam Geprek Bu Rum? Kuat berapa cabaikah Anda?